Wakil Wali Kota Metro Rafieq Apresiasi Program MIGP

Metro85 Dilihat
banner 468x60

Suaradigital.id (Metro) – Wakil Wali Kota Metro, Dr. M. Rafieq Adi Pradana menegaskan bahwa kemiskinan masih menjadi akar persoalan gizi buruk dan stunting di Kota Metro. Semua stakeholder patut mengambil bagian di dalamnya untuk pengentasan kemiskinan.

Karena itu, ia berterimakasih kepada Bank BRI dengan programnya yaitu Mustahik Income Generation Program (MIGP) Sentra Metro tidak berhenti sebatas seremoni, melainkan benar-benar menjadi instrumen nyata untuk memutus rantai kemiskinan dan gizi buruk secara bersamaan.

“Stunting bukan sekadar soal tinggi badan anak. Ini menyangkut kemampuan kognitif, daya tahan tubuh, risiko penyakit di masa depan, hingga kualitas produktivitas generasi bangsa. Karena itu, intervensinya tidak bisa parsial. Harus berbasis bukti, berorientasi siklus hidup, dan mengikat seluruh sektor dalam satu konvergensi layanan,” tegas Rafieq saat meresmikan program MIGP di Aula Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Metro Utara, Rabu (24/9/2025).

Rafieq menilai, tekanan ekonomi membuat keluarga miskin kerap mengorbankan kualitas gizi anak. Alih-alih membeli pangan bergizi, pendapatan rumah tangga lebih banyak habis untuk kebutuhan harian. Untuk itu, MIGP diharapkan hadir melalui penguatan pendapatan mustahik lewat usaha produktif, akses permodalan, serta pendampingan tata kelola keuangan keluarga.

Namun, ia menekankan, intervensi ekonomi saja tidak cukup. Karena itu program MIGP dikombinasikan dengan Family Strengthening yang menyasar penguatan pengasuhan, literasi gizi, sanitasi, hingga kesehatan reproduksi.

“Tujuannya sederhana, ekonomi keluarga naik, perilaku sehat menguat, status gizi anak membaik. Tiga simpul inilah yang kita ikat melalui program ini,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Rafieq merinci lima strategi utama. Pertama, pemberdayaan mustahik melalui bantuan usaha, pelatihan manajemen, hingga mentoring usaha 6–12 bulan. Kedua, penguatan keluarga lewat parenting responsif, konseling ASI, edukasi anemia, dan promosi pola hidup sehat. Ketiga, intervensi cegah stunting seperti suplementasi gizi, pemantauan tumbuh kembang, hingga makanan tambahan lokal. Keempat, kolaborasi pentahelix dengan dukungan digitalisasi pemantauan keluarga dampingan. Dan terakhir, monitoring-evaluasi berbasis indikator ketat, mulai dari peningkatan pendapatan hingga skor tumbuh kembang anak.

Lebih jauh, ia menekankan pentingnya kemitraan lintas sektor. Pemerintah, akademisi, perbankan, komunitas, TNI/Polri, hingga media disebut sebagai simpul penggerak keberhasilan.

“MIGP bukan sekadar bantuan, tapi ekosistem. Ada modal usaha, pelatihan kewirausahaan, literasi keuangan, hingga akses pasar. TNI, Polri, pemerintah kelurahan ikut menjaga disiplin program, Dinas Kesehatan dan Posyandu mendampingi keluarga risiko tinggi, sementara TP PKK, organisasi keagamaan, akademisi, dan media menguatkan perilaku sehat hingga publikasi praktik baik,” jelasnya.

Rafieq menegaskan, desain MIGP membawa layanan langsung ke rumah tangga sehingga keluarga tidak lagi dihadapkan pada pilihan sulit antara memenuhi kebutuhan harian atau gizi anak. Program ini, menurutnya, juga didorong agar melahirkan kemandirian keluarga dan menjadi model replikasi di kelurahan lain.

Di akhir sambutannya, Rafieq menyerukan aksi konkret kepada seluruh jajaran. “Pastikan daftar sasaran by name by address jelas, tanpa ada ibu hamil atau anak berisiko tinggi yang terlewat. Kepada dunia usaha, mari adopsi keluarga dampingan dan bantu pemasaran produk UMKM sehat. Kepada media, jaga narasi positif berbasis data agar gerakan ini jadi kebanggaan warga. Dan kepada para orang tua, rawat anak dengan kasih, gizi baik, dan lingkungan bersih karena mereka adalah amanah generasi,” tuturnya.

“Mari kita niatkan program ini sebagai ibadah dan tanggung jawab moral bersama untuk menyehatkan generasi. Bismillahirrahmanirrahim, saya nyatakan program ini resmi berjalan,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *